by

OVER SUPPLY PELAUT, lulusan Pelaut makin besar sementara kesempatan kerja makin kecil.

Jangan percaya jika Ada yang mengatakan bahwa data internasional mencatat sampai 2025, dunia masih kekurangan pelaut hingga 32.000 orang, lalu besar peluang lulusan pelaut khususnya perwira di atas kapal menjadi profesi yang cukup menjanjikan, percayalah data ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, Dan jauh dari fakta dilapangan eh lautan.

Yang sebenarnya negeri ini justru terjadi oversupply atau kelebihan Pelaut.Bahkan lulusan Pelaut makin besar sementara kesempatan kerja makin kecil. Terus mau dikemanakan Pelaut kita ke depan ?

Sementara, sekolah Pelaut baik negeri atau swasta makin banyak. Termasuk diklat pemberdayaan masyarakat (DMP) gratis yang menghasilkan ribuan Pelaut muda justru membuat persaingan makin tidak menentu.

Di sisi lain, persaingan Pelaut di pasar internasional juga makin ketat. Dulu Indonesia termasuk negara pemasok Pelaut potensial di dunia. Kini banyak Pelaut serupa masuk ke pasar global seperti asal China, Vietnam, Thailand, bahkan Malaysia.

Produksi Pelaut Indonesia saat ini sudah waktunya dikontrol. Jangan terlalu banyak membuka program studi (prodi) kepelautan, tanpa mempertimbangkan kemampuan dan daya serap pasarnya.

“Jika dibiarkan seperti sekarang, oversupply pelaut di Indonesia makin parah”

Program DPM khususnya matra laut harus di-design ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan pelaut di pasaran. DPM itu menggunakan uang negara melalui UPT BPSDMP di seluruh Indonesia,harus dipastikan, DPM itu benar bermanfaat dan menghantarkan mereka siap bekerja. Bukan sebaliknya, hanya menambah pengangguran pelaut yang nota bene sudah banyak

“Oversupply” pelaut di Indonesia bukan hanya isapan jempol belaka. Saat ini, makin banyak pelaut bahkan di level perwira yang menganggur. Kalaupun mereka bekerja, mungkin hanya kontrak jangka pendek dan itupun belum tentu sesuai aturan dan standard gaji yang berlaku,setiap tahun ada sekitar 3.500 Perwira Pelaut lulusan sekolah-sekolah negeri, seperti STIP Jakarta, PIP Semarang, PIP Makassar, PolTekPel Surabaya serta beberapa politeknik pelayaran di berbagai daerah di Indonesia, bahkan sekolah pelaut swasta justru meluluskan pelaut yang lebih besar lagi.

Oleh karenanya,Pemerintah melalui Kemenaker, Kemenhub khususnya BPSDMP dan dunia usaha harus ikut memikirkan nasib dan masa depan pelaut ini. Jangan sampai lulusan perwira pelaut terus menganggur.

Pihak kampus jangan hanya mengejar pendapatan BLU, terus membuka prodi kepelautan secara luas tanpa memperhatikan daya serap pasar. Nasib dan masa depan lulusan pelaut harus difikirkan.

Jika mengecek beberapa mess pelaut di Jakarta masih banyak pelaut muda yang nasibnya tidak menentu.

Hampir semua mess pelaut banyak isinya dan sebagian menganggur bahkan sampai setahun belum naik kapal lagi, bukan hanya itu, tidak sedikit pelaut senior yang tidak bekerja sesuai harapan.

Sekali lagi jika ada pejabat yang menyebutkan Indonesia kekurangan pelaut itu adalah salah besar.Kini justru pasokan pelaut makin melimpah, bahkan banyak yang tidak bekerja karena makin kecilnya peluang kerja yang ada.

Yang menjadi pertanyaan kita, “Siapa orang yang memberikan masukan kepada pimpinan Kemenhub dan Kepala BPSDMP itu ? Lulusan pelaut sudah sangat melimpah, tapi prodi kepelautan di sekolah negeri masih terus dibuka.

Memang Pemerintah dan semua pihak terkait tak bisa lepas tangan dari kondisi kepelautan di Tanah Air. Tapi, pelaut sendiri harus sadar dan meningkatkan profesionalisme diri, agar tetap eksis dan bisa diterima bekerja dengan baik,

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed